Shalat menghadap kiblat sebenarnya merupakan sejarah yang paling tua di dunia. Bahkan jauh sebelum manusia diciptakan di bumi, Allah SWT telah mengutus para malaikat turun ke bumi dan membangun rumah pertama tempat ibadah manusia.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun
untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan
menjadi petunjuk bagi semua manusia . (QS. Ali Imran : 96).
Lalu para malaikat itu bertawaf di sekeliling
ka’bah itu hingga datangnya nabi Adam dan istrinya Hawwa di wilayah itu. Sampai
mereka beranak pinak dan memenuhi muka bumi. Konon di zaman Nabi Nuh as, ka’bah
ini pernah tenggelam dan runtuh bangunannya hingga datang masa Nabi Ibrahim as
bersama anak dan istrinya ke lembah gersang tanpa air yang ternyata disitulah
pondasi ka’bah dan bangunannya pernah berdiri. Lalu Allah SWT memerintahkan
keduanya untuk mendirikan kembali ka’bah di atas bekas pondasinya dahulu. Dan
dijadikan ka’bah itu sebagai tempat ibadah bapak tiga agama dunia. Dan ketika
Kami menjadikan rumah itu (ka’bah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat
yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. Dan telah
Kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk
orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang sujud". (QS. ).
Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan
datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang
datang dari segenap penjuru yang jauh, (QS. Al-Hajj : 27).
Dimasa Nabi Muhammad, awalnya perintah shalat
itu ke baitul Maqdis di Palestina. Namun Rasulullah SAW berusaha untuk tetap
shalat menghadap ke ka’bah. Caranya adalah dengan mengambil posisi di sebelah
selatan ka’bah. Dengan mengahadap ke utara, maka selain menghadap Baitul Maqdis
di Palestina, beliau juga tetap menghadap ka’bah.
Namun ketika beliau dan para shahabat hijrah
ke Madinah, maka menghadap ke dua tempat yang berlawanan arah menjadi mustahil.
Dan Rasulullah SAW sering menengadahkan wjah ke langit berharap turunnya wahyu
untuk mnghadapkan shalat ke ka’bah. Hingga turunlah ayat berikut :
Sungguh Kami melihat mukamu menengadah ke
langit , maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai.
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada,
palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al
Kitab memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 144).
Jadi di dalam urusan menghadap ka’bah, kita
punya latar belakang sejarah yang panjang dan ternyata ka’bah itu adalah
bangunan yang pertama kali didirikan di atas bumi untuk dijadikan tempat ibadah
manusia pertama. Dan Allah SWT telah menetapkan bahwa shalatnya seorang muslim
harus menghadap ke ka’bah sebagai bagian dari aturan baku dalam shalat
Publikasi: 28/02/2004 13:52 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar