Subhanallah. Air adalah sumber kehidupan. Firman
Allah, "Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup..." (QS
21:30). Setiap yang hidup diciptakan dari air, artinya semua yang hidup
memiliki fitrah air.
Manusia adalah makhluk hidup yang diciptakan
dari air. Maka jiwa manusia pun punya fitrah air. Seperti fitrah air yang
bermula dengan kejernihannya, jiwa manusia pada awalnya adalah jiwa yang
bersih. Sabda Nabi SAW, "Setiap anak Adam dilahirkan dalam keadaan fitrah
(suci)." Tapi begitulah air jernih, dia akan sangat mudah terwarnai meski
hanya dengan setitik noktah hitam, tetapi ia tidak mudah kembali jernih.
Kejernihan jiwa manusia dikotori oleh
noktah-noktah dosa dan kemaksiatan. Sabda Nabi SAW, "Sesungguhnya seorang
hamba jika ia melakukan kesalahan akan dititikkan di hatinya sebuah titik
hitam. Jika ia menghentikan kesalahannya lalu ber-istighfar dan
bertaubat hatinya akan kembali dijernihkan, tetapi jika ia kembali melakukan
kesalahan itu, akan ditambahkan titik-titik hitam itu hingga membungkus
hatinya."
Astaghfirullah.... Seperti apakah warna
hati kita? Setiap detik kemaksiatan berlalu di depan mata. Betapa sulitnya kita
menghindari aktivitas dosa. Maksiat mata di depan televisi dan di jalan-jalan;
maksiat tangan dan kaki di kantor, di pasar, di pabrik, di sekolah, bahkan di
setiap tempat; maksiat mulut ketika mencaci dan menggunjing orang lain, ketika
memakan uang hasil korupsi, hasil menipu; maksiat hati ketika riya, ketika sum'ah
(ingin didengarkan), sombong, dan merendahkan orang lain. Semuanya telah
membuat hati kita semakin hitam.
Seperti air yang terlanjur menghitam, ia
tidak akan kembali jernih hanya dengan satu dua tetes air jernih. Untuk
menjernihkan air yang telah menghitam ada dua langkah yang harus dilakukan.
Pertama, jangan meneteskan noktah hitam lagi. Dan kedua, mencurahkan air jernih
sebanyak-banyaknya.
Noktah hitam adalah dosa dan maksiat
sedangkan air jernih adalah taat dan amal kebaikan. Untuk menjernihkan kembali
hati, kita harus menghentikan segala bentuk dosa dan maksiat serta melaksanakan
sebanyak-banyaknya amal ketaatan dan kebaikan. Hati akan kembali hitam hanya
karena setitik noktah hitam dosa, maka jangan sekali-kali meremehkan sekecil
apapun kemaksiatan. Tapi hati tidak mudah kembali jernih hanya dengan ketaatan yang
sekedarnya, maka jangan sekali-kali merasa cukup dengan amal kebaikan.
Jika manusia memiliki fitrah air, maka
masyarakat juga pasti memiliki fitrah air. Sekecil apapun dosa dan kemaksiatan
yang telah membudaya dalam masyarakat, ia akan mengotori jiwa masyarakat itu.
Sedangkan untuk menjernihkan jiwa masyarakat harus dihilangkan segala bentuk
budaya maksiat dan membudayakan ketaatan dan kesalehan sebanyak-banyaknya.
Apa yang terjadi dalam jiwa masyarakat kita
tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dalam jiwa kita. Keduanya perlu
mendapatkan perbaikan. Untuk memperbaiki dan menjaga kejernihan hati,
celupkanlah hati kita dengan shibghah (celupan) Allah. "Sibghah
Allah. Dan siapakah yang lebih baik sibghahnya daripada Allah? Dan hanya
kepada-Nya-lah kami menyembah." (QS. 2:138).
Marilah kita mulai perbaikan itu dalam diri
kita agar dengan kejernihan jiwa ini kita dapat menjernihkan jiwa masyarakat Indonesia yang
tengah terhuyung dalam krisis moral tak bertepi.
Wallahul musta'an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar